Dhianita Kusuma Pertiwi

Kata, Frasa, dan Rasa

Kemelut Rape Culture

Penangkapan Moch Subchi Azal Tsani atau yang lebih dikenal sebagai Mas Bechi, putra dari Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah, Kiai Haji Muhammad Muchtar Mu’thi, menambah daftar kasus kekerasan seksual yang berhasil terdeteksi dan ditindak oleh aparat penegak hukum. Disandingkan kasus-kasus yang telah terangkat sebelumnya, sebut saja yang terjadi di Universitas Riau yang melibatkan dekan sebagai pelaku, dan di sekolah Selamat Pagi Indonesia dengan pelaku pendiri dari lembaga tersebut, semua kasus tersebut melibatkan sosok petinggi sebagai pelaku dan peserta didik sebagai korban. Selain itu, terdapat kerumitan tersendiri pada proses penanganan kasus yang disebabkan oleh posisi dari pelaku itu sendiri. Hal tersebut membawa saya kepada sudut pandang yang lebih mengglobal dalam membaca fenomena kekerasan seksual, yakni rape culture.

(more…)

Menuju 2024: Konflik dalam Demokrasi

Desember tahun lalu, saya sudah sempat menulis tentang drama elektabilitas politik dalam konteks pemilihan umum, khususnya pemilu presiden 2024. Bukan kebetulan saya kemudian kembali menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut kali ini. Alasannya tentu saja karena media pemberitaan terus menerus menggempur kita semua dengan kabar tentang koalisi partai politik, nama-nama yang muncul ke permukaan, manuver-manuver politik yang dimainkan tokoh berpengalaman ataupun sosok-sosok baru. Semua itu bertebaran di media-media yang jamak digunakan saat ini untuk memperoleh informasi, menjadi tajuk utama media massa, bertengger di beranda media sosial.

(more…)

Tangis di Bawah Bendera Toleransi

Saya akan memulai tulisan ini dengan melakukan refleksi terhadap dan tentang diri saya sendiri, sebagai seseorang yang terlahir dalam cakupan dan batasan geografis yang “sengaja” dinamakan Indonesia. Iya, Indonesia yang digadang-gadangkan sebagai negara dengan kekayaan dan keragaman budayanya. Indonesia dengan masyarakatnya yang saling menghargai dan bertenggang rasa terlepas dari semua perbedaan. Indonesia dengan semua jargon-jargonnya yang sekelebat menenangkan.

(more…)

Wabah Wellness

Sebenarnya sudah cukup lama saya menjadi salah satu orang yang cukup sinis dengan gagasan wellness yang semakin menjamur akhir-akhir ini khususnya dengan fenomena pandemi yang menghadirkan segala bentuk ketidakpastian dan keraguan, bahkan bagi beberapa orang sampai pada titik yang terburuk. Namun sebuah pernyataan yang langsung ditujukan kepada saya oleh salah seorang kerabat: “coba lah sekali-sekali wisata wellness” membuat saya merasa harus benar-benar menulis tentang hal tersebut. Tentu saya akan menunjukkan sisi gelap dari semua gagasan indah dan damai dari wellness, tetapi pada separuh akhir tulisan ini saya akan membagikan juga tentang apa yang saya percayai tentang wellness.

(more…)

Marcos Jr. dan Politik Memori

Setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat pada 2017, dunia kembali sontak terkejut dengan terpilihnya sosok lain yang menurut anggapan umum dipercaya sebagai musuh bersama. Ia adalah Ferdinand Romualdez Marcos Jr., atau biasa dipanggil dengan Bongbong Marcos atau BBM, putra dari Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr. yang pernah menjadi presiden Filipina dari 1965 sampai 1986 dengan catatan hitam korupsi besar-besaran dan pelanggaran HAM. Dan publik kini mempertanyakan: bagaimana semua ini bisa terjadi?

(more…)

Mei ’98 di Gejayan

Masih basah di ingatan beberapa orang tentang gerakan Gejayan Memanggil yang berlangsung dua tahun lalu, tepatnya pasca disahkannya Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau yang juga dikenal oleh publik sebagai Omnibus Law. Peristiwa tersebut sesungguhnya bukanlah momentum pertama dari partisipasi masyarakat Gejayan dalam gerakan masyarakat yang berhadapan dengan pemerintah. Dua puluh empat tahun yang lalu, Gejayan menjadi saksi atas peristiwa berdarah yang terjadi atas nama Reformasi.

(more…)

Janji Kebebasan Elon Musk

Pada 14 Maret lalu, Elon Musk membeli saham Twitter sekitar 9 persen lebih, jumlah yang cukup signifikan dalam konteks jual beli saham. Bahkan dengan jumlah tersebut, Elon kini menjadi pemegang saham terbesar Twitter di luar jajaran penentu kebijakan perusahaan. Bahkan pada 14 April ia sempat menawar Twitter seharga $44.20 per saham, yang jika ditotal mencapai $43 miliar, melebihi kapitalisasi pasar perusahaan tersebut yang berada di angka $36 miliar. Tawaran harga tersebut dibarengi dengan keinginan untuk menjadikan Twitter sebagai perusahaan pribadi Elon,suatu

(more…)

Presiden Tiga Periode, Bukan Sekadar Taat Konstitusi

Meskipun sudah banyak isu lain yang bermunculan belakangan ini, mulai dari kelangkaan minyak goreng, praktik pawang hujan di perlombaan balap MotoGP Mandalika, sampai dipecatnya Terawan dari Ikatan Dokter Indonesia, isu tentang Jokowi tiga periode masih saja terus diperbincangkan (baca: diperdebatkan). Dilansir oleh sejumlah pemberitaan media, usulan Jokowi tiga periode muncul pertama kali pada acara Silaturahmi Nasional Asosiasi Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia (APDESI) yang dilaksanakan pada Maret lalu. Salah satu perwakilan daerah diberitakan meneriakkan “Jokowi 3 Periode!” disusul dengan pertanyaan yang mengarah pada ajakan persetujuan kepada peserta kegiatan yang lain. Sampai akhirnya kabar tersebut menjadi konsumsi publik dan menuai beragam respons. 

(more…)

Pemuda Kebanggaan Sibuk Pamer Kekayaan

Di sela-sela narasi sosiohistoris Indonesia yang cenderung mengagung-agungkan peran militer sebagai pembela Pancasila dan penjaga kesatuan negara, bukan hal yang aneh jika kita kemudian menemukan wacana tentang pemuda. Narasi sejarah tentang kemerdekaan Indonesia menempatkan pemuda sebagai golongan yang mendorong Sukarno –yang pada saat itu sudah masuk golongan tua– untuk mendeklarasikan kedaulatan negara yang sudah diperkosa asing selama ratusan tahun. Sukarno kemudian juga dikenal dengan kalimat-kalimat dalam pidatonya yang mengakui pentingnya peran pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara. 

(more…)

Mencuci Tangan dengan Minyak

Dalam satu minggu ini paling tidak ada dua isu yang menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Tentu saja isu terkait Mandalika dan minyak goreng, yang masing-masing menjadi ranah kebijakan dari Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, dan Kementerian Perdagangan. Adapun pembicaraan terkait Stadion Mandalika dan turnamen balap motor kelas dunia yang berlangsung di sana sudah menggaung sejak awal wacana perencanaan konstruksi sampai pelaksanaan turnamen Moto GP yang dimulai pada pekan ini. Sementara itu, isu terkait kelangkaan minyak goreng–seperti yang isu-isu lain terkait ketersediaan sembako–mencuat dengan cepat dan berkembang dengan tidak kalah cepat dan masif, dibumbui dan ditunggangi oleh lapisan-lapisan respons dari berbagai pihak yang sifatnya mendukung maupun menegasikan.

(more…)
Follow Us