Dhianita Kusuma Pertiwi

Kata, Frasa, dan Rasa

Kemelut Rape Culture

Penangkapan Moch Subchi Azal Tsani atau yang lebih dikenal sebagai Mas Bechi, putra dari Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah, Kiai Haji Muhammad Muchtar Mu’thi, menambah daftar kasus kekerasan seksual yang berhasil terdeteksi dan ditindak oleh aparat penegak hukum. Disandingkan kasus-kasus yang telah terangkat sebelumnya, sebut saja yang terjadi di Universitas Riau yang melibatkan dekan sebagai pelaku, dan di sekolah Selamat Pagi Indonesia dengan pelaku pendiri dari lembaga tersebut, semua kasus tersebut melibatkan sosok petinggi sebagai pelaku dan peserta didik sebagai korban. Selain itu, terdapat kerumitan tersendiri pada proses penanganan kasus yang disebabkan oleh posisi dari pelaku itu sendiri. Hal tersebut membawa saya kepada sudut pandang yang lebih mengglobal dalam membaca fenomena kekerasan seksual, yakni rape culture.

(more…)

Menuju 2024: Konflik dalam Demokrasi

Desember tahun lalu, saya sudah sempat menulis tentang drama elektabilitas politik dalam konteks pemilihan umum, khususnya pemilu presiden 2024. Bukan kebetulan saya kemudian kembali menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut kali ini. Alasannya tentu saja karena media pemberitaan terus menerus menggempur kita semua dengan kabar tentang koalisi partai politik, nama-nama yang muncul ke permukaan, manuver-manuver politik yang dimainkan tokoh berpengalaman ataupun sosok-sosok baru. Semua itu bertebaran di media-media yang jamak digunakan saat ini untuk memperoleh informasi, menjadi tajuk utama media massa, bertengger di beranda media sosial.

(more…)

Janji Kebebasan Elon Musk

Pada 14 Maret lalu, Elon Musk membeli saham Twitter sekitar 9 persen lebih, jumlah yang cukup signifikan dalam konteks jual beli saham. Bahkan dengan jumlah tersebut, Elon kini menjadi pemegang saham terbesar Twitter di luar jajaran penentu kebijakan perusahaan. Bahkan pada 14 April ia sempat menawar Twitter seharga $44.20 per saham, yang jika ditotal mencapai $43 miliar, melebihi kapitalisasi pasar perusahaan tersebut yang berada di angka $36 miliar. Tawaran harga tersebut dibarengi dengan keinginan untuk menjadikan Twitter sebagai perusahaan pribadi Elon,suatu

(more…)

Presiden Tiga Periode, Bukan Sekadar Taat Konstitusi

Meskipun sudah banyak isu lain yang bermunculan belakangan ini, mulai dari kelangkaan minyak goreng, praktik pawang hujan di perlombaan balap MotoGP Mandalika, sampai dipecatnya Terawan dari Ikatan Dokter Indonesia, isu tentang Jokowi tiga periode masih saja terus diperbincangkan (baca: diperdebatkan). Dilansir oleh sejumlah pemberitaan media, usulan Jokowi tiga periode muncul pertama kali pada acara Silaturahmi Nasional Asosiasi Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia (APDESI) yang dilaksanakan pada Maret lalu. Salah satu perwakilan daerah diberitakan meneriakkan “Jokowi 3 Periode!” disusul dengan pertanyaan yang mengarah pada ajakan persetujuan kepada peserta kegiatan yang lain. Sampai akhirnya kabar tersebut menjadi konsumsi publik dan menuai beragam respons. 

(more…)

Pemuda Kebanggaan Sibuk Pamer Kekayaan

Di sela-sela narasi sosiohistoris Indonesia yang cenderung mengagung-agungkan peran militer sebagai pembela Pancasila dan penjaga kesatuan negara, bukan hal yang aneh jika kita kemudian menemukan wacana tentang pemuda. Narasi sejarah tentang kemerdekaan Indonesia menempatkan pemuda sebagai golongan yang mendorong Sukarno –yang pada saat itu sudah masuk golongan tua– untuk mendeklarasikan kedaulatan negara yang sudah diperkosa asing selama ratusan tahun. Sukarno kemudian juga dikenal dengan kalimat-kalimat dalam pidatonya yang mengakui pentingnya peran pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara. 

(more…)

Islam, Wayang, dan (Kepalsuan) Akulturasi

Ramainya perbincangan tentang pernyataan Ustad Khalid Basalamah bahwa wayang semestinya ditinggalkan oleh umat Islam tentu sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pertentangan antara agama dengan “tradisi lokal” telah menjadi soal di kalangan masyarakat Indonesia yang walaupun terkadang tidak muncul ke permukaan, sudah menjadi suatu kesadaran yang dipahami oleh kita semua. Seperti dua kutub yang seakan tidak akan pernah bertemu (lagi), agama dan kebudayaan dipertentangkan, masing-masing dengan narasi pembelaan dirinya sendiri-sendiri.

(more…)

NFT: Demokrasi-Distopia Seni

Dengan judul yang saya pilih untuk artikel ini, mungkin para pembaca akan membayangkan cuplikan adegan dari film fiksi ilmiah/distopia yang menggambarkan kehancuran peradaban manusia karena robot-robot yang rakus telah menggantikan para teller di bank atau para pekerja lain di bidang keuangan. Sayangnya tulisan ini tidak seimajinatif itu. Sayangnya tulisan ini mungkin akan membuat para pembaca berpikir dua kali untuk menjual “karya seni” di belantara kripto seperti yang telah dilakukan Ghozali.

(more…)

Spirit Doll: Terjualnya Jiwa Manusia

Di tengah mulai maraknya pemberitaan tentang elektabilitas tokoh-tokoh politik untuk pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024, muncul kisah lain yang tidak kalah –atau bahkan lebih– menarik perhatian masyarakat umum, yakni spirit doll. Gambar-gambar di media sosial mempertunjukkan para publik figur, yang sebagian besar merupakan selebritis, memiliki spirit doll dengan bentuk dan rupanya masing-masing. Bahkan istilah yang digunakan dalam sejumlah pemberitaan untuk mendeskripsikan relasi manusia dengan boneka yang dimilikinya mengarah hubungan orang tua dengan anak. Hal ini telah membuat beberapa orang –yang berada di luar lingkaran selebritis kelas atas– bertanya, sebenarnya ini fenomena apa?

(more…)

Meretas (Omong Kosong) Elektabilitas

Pemilihan umum presiden berikutnya baru akan dilakukan pada 2024, tetapi beberapa pekan terakhir kita telah mendapati pemberitaan tentang hasil survei elektabilitas sejumlah tokoh yang diprediksikan akan maju bertarung memperebutkan kursi pemimpin paling tinggi. Nama-nama yang muncul sejauh ini dapat dikatakan bukanlah nama yang asing, meskipun beberapa baru berkiprah di ring politik tingkat daerah. Menyadari bahwa pemilu masih akan dilaksanakan kurang dari tiga tahun ke depan, dalam kepala saya muncul sejumlah pertanyaan terkait apa sebenarnya “elektabilitas” dan mengapa wacana tentang elektabilitas sudah dimunculkan oleh media di penghujung tahun ini.

(more…)

Cita-Cita Pembangunan, COP26, dan Cipta Kerja

Memasuki dua tahun kepemimpinan periode kedua Joko Widodo-Ma’ruf Amin, pemerintah berupaya terus meyakinkan (baca: membeli hati) masyarakat dengan daftar “capaian dua tahun”. Namun apa yang disebut sebagai capaian oleh pemerintah belum tentu dibaca dengan cara yang sama oleh masyarakat. Hal tersebut paling tidak terlihat dari dua momentum internasional nasional yang terjadi pada dua pekan terakhir, yakni pidato Joko Widodo di Konferensi Tingkat Tingi Perubahan Iklim PBB 2021 (United Nations Climate Change Conference) yang kedua puluh enam, atau COP26, dan penentuan status UU Cipta Kerja menjadi inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi.

(more…)
Follow Us