Dhianita Kusuma Pertiwi

Kata, Frasa, dan Rasa

Memaknai Ulang ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’

Terlepas masih ‘menariknya’ hari Kartini sampai hari ini, akhir-akhir ini sedikit sekali adanya pembahasan tekstual tentang Door duisternis tot licht (Through Darkness into Light [pen. Agnes L. Symmers] –  Habis Gelap Terbitlah Terang [pen. Armijn Pane]). Sosok Kartini dan karyanya dewasa ini disebut-sebut setiap tahun semata karena kita ingin terlihat turut merayakan Hari Kartini. Sementara itu, apakah kita benar-benar memahami makna dikotomi ‘gelap-terang’ yang disampaikan oleh Kartini pada tulisannya?

(more…)

Belajar dari Via Vallen






Dalam tulisan ini saya tidak akan mengelu-elukan sosok Via Vallen secara berlebihan atau mengambil sudut pandang sebagai orang yang mengidolakannya. Yang akan menjadi fokus pembahasan dari tulisan ini adalah respon yang diberikan Via melalui akun media sosialnya setelah merasa dilecehkan oleh seorang pemain sepakbola. Berikut adalah kata-kata yang disampaikannya melalui akun Instagram @viavallen: ‘Nggak kenal dan nggak pernah ketemu tiba2 nge DM dan ngirim text gambar kayak gini. As a singer, I was being humiliated by a famous football player in my country RIGHT NOW. I’AM NOT A KIND THAT GIRL, DUDE!!!’ Adapun pesan yang dikirim oleh pemain sepak bola itu adalah ‘I want u sign for me in my bedroom, wearing sexy clothes…’

(more…)

Dosa Iqbaal ‘Dilan’ dan Kelupaan Kita untuk Berkaca






Berita tentang pengumuman para aktor dan aktris yang akan memerankan tokoh-tokoh dalam film adaptasi Bumi Manusia yang disutradari Hanung Bramantyo memenuhi beranda media sosial saya. Rata-rata dibumbui dengan kritik, celaan, dan ungkapan kekecewaan terkait pemilihan Iqbaal sebagai pemeran tokoh Minke. Sayangnya, seperti biasanya, yang diserang adalah pribadi Iqbaal yang menurut saya tidak berdasar.

(more…)

Reformasi yang Hanya di Permukaan






Hari ini dianggap sebagai momentum 20 tahun berjayanya pemerintahan Reformasi yang menggantikan rezim Orde Baru, yang ditandai dengan pernyataan pengunduran diri Suharto sebagai presiden kedua Indonesia. Pada saat itu, Reformasi menjadi sebuah mimpi besar yang ingin dicapai oleh para demonstran yang menyatakan mewakili rakyat Indonesia yang sudah muak dengan keserakahan para pemegang kekuasaan di era Orde Baru. Dan apakah selama dua dekade yang mengikuti turunnya Suharto dari kursi kepresidenan tersebut menandai tercapainya mimpi besar Reformasi?

(more…)

Dosa Intelektual Organik






Salah satu hal yang sering menjadi bahan kritik bagi para mahasiswa pada akhir-akhir ini adalah semakin matinya semangat pergerakan mereka sebagai muda mudi Indonesia. ‘Keberhasilan’ gerakan kelompok mahasiswa untuk menjatuhkan Suharto dari singgasana penguasa yang telah merongrong selama lebih dari tiga dekade sering dijadikan narasi untuk merefleksikan betapa besarnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan masyarakat. Sayangnya kritik tersebut sering kali hanya bersifat satu sisi, menyalahkan para mahasiswa saat ini sebagai pemuda pemudi malas yang cenderung apatis.

(more…)

Komodifikasi Kartini






Keagungan industri telah menjadikan hampir segala hal di dunia ini sebagai komoditas, suatu praktik yang diistilahkan dengan komodifikasi. Mulai dari benda, ide, sampai tubuh secara sadar maupun tidak sadar telah hilang substansi awal yang biasanya bersifat praktikal atau berhubungan dengan nilai pakai, karena bergeser menjadi kegunaannya dalam ekonomi atau nilai tukar. Sebenarnya saya tidak punya niat untuk menempatkan perempuan sebagai satu-satunya golongan yang terpengaruh (baca: terjerumus) dalam pusaran komodifikasi. Namun bahasan kali ini akan menyoroti hal-hal yang semakin hari semakin dianggap lumrah oleh kalangan perempuan, terutama dalam hal penampilan.

(more…)

Tragedi 65-66 = McCarthyism a la Orde Baru






Pasca malam 30 September 1965, kekacauan politik dan sosial terjadi di Indonesia hampir secara merata. Kekacauan politik ditandai dengan kudeta ‘halus’ untuk menurunkan Sukarno dari tampuk kekuasaan untuk diduduki oleh Suharto. Dan kekacauan sosial di lapisan masyarakat terlihat dari maraknya isu komunisme yang seakan mengizinkan satu sama lain untuk saling melaporkan, menangkap, bahkan membunuh. Dengan dibukanya akses terhada dokumen-dokumen rahasia negara, para peneliti mulai berani menyatakan adanya keterlibatan negara lain dalam periode kekacauan tersebut, terutama Amerika Serikat.

(more…)

Polisi Moral dan Etika, Perlu atau Tidak?






‘Polisi moral’ sebenarnya merupakan istilah tidak resmi yang awalnya muncul di masyarakat India. Istilah ini merujuk pada kelompok vigilante yang bertindak untuk memperkuat moralitas di India. Namun pada perkembangannya, istilah ini masuk ke dalam ranah lain dalam masyarakat dan meleburkan batas negara dan budaya. Saat ini, di Indonesia, kita juga mengenal istilah polisi moral yang berkaitan dengan aktivitas sosial media.

(more…)

Sekelebat tentang Reformasi Agraria di Indonesia






Reformasi agraria merupakan salah satu agenda yang hampir tidak pernah berhenti diperjuangkan oleh kelas tertentu di Indonesia. Sejak Indonesia masih bersahabat karib dengan sosialisme pada tahun 1950-an, sempat ditenggelamkan selama rezim Orde Baru, namun kini menjadi salah satu perhatian penting terutama bagi kelompok-kelompok pergerakan rakyat. Yang perlu dipahami adalah bahwa reformasi agrarian tidak semata memperjuangkan hak kepemilikan tanah namun juga terkait dengan proses penggunaan, produksi dan konsumsi dari lahan tersebut.

(more…)

Emansipasi dan Konsep Kebebasan






Dalam pemaknaan awam, konsep emansipasi seringkali dihubungkan dengan relasi gender yang berlangsung di masyarakat. Yang paling sering digencarkan adalah emansipasi perempuan di tengah-tengah sistem masyarakat patriarkis. Padahal emansipasi pada awalnya memiliki dasar pemikiran yang lebih luas, dan perkembangan ilmu pengetahuan yang menyebabkan digunakannya konsep ini dalam berbagai ranah keilmuan.

(more…)

Follow Us