Seratus Tahun Impotensi
Saya tidak bisa mengingat dengan persis kapan terakhir kali saya membaca Jalan Tak Ada Ujung sebelum bersentuhan lagi dengannya pada awal bulan Agustus ini. Sepertinya saat masih menjadi siswa SMA jurusan Bahasa yang diwajibkan membaca karya-karya “klasik” sastra Indonesia. Dulu saya memaknai novel ini semata sebagai penggambaran ulang dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia satu tahun setelah pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Namun, sekarang saya malah bertanya-tanya, bagaimana jika Guru Isa tidak lain adalah personifikasi Indonesia?
(more…)